Istilah puja bakti ini terdiri dari kata ‘puja’ yang bermakna
menghormat dan ‘bakti’ yang lebih diartikan sebagai melaksanakan Ajaran Sang Buddha
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melakukan puja bakti, umat Buddha
melaksanakan tradisi yang telah berlangsung sejak jaman Sang Buddha masih hidup
yaitu umat datang, masuk ke ruang penghormatan dengan tenang, melakukan namakara
atau bersujud yang bertujuan untuk menghormat kepada lambang Sang Buddha,
jadi bukan menyembah patung atau berhala.
Kebiasaan bersujud ini dilakukan karena Sang Buddha berasal dari India.
Sejak jaman dahulu sudah menjadi tradisi di berbagai negara timur termasuk India,
ketika seseorang bertemu dengan mereka yang dihormati, maka ia akan melakukan
sujud yaitu menempelkan dahi ke lantai sebagai tanda menghormati mereka yang
layak dihormati dan menunjukkan upaya untuk mengurangi keakuan sendiri.
Jadwal Puja Bakti Vihara Gunavardhana |
Karena bersujud di depan altar ataupun arca Sang Buddha hanyalah
bagian dari tradisi, maka para umat dan simpatisan dapat saja tidak melakukan bersujud
di depan altar apabila batinnya tidak berkenan untuk melakukan tindakan
demikian. Sebentuk arca tidak akan menuntut dan memaksa seseorang yang berada
di depannya untuk bersujud. Namun, dengan mampu bersujud, maka seseorang akan mempunyai
kesempatan lebih besar untuk berbuat baik dengan badannya yaitu dengan belajar
bersikap rendah hati.
Setelah memasuki ruangan dan bersujud, umat Buddha dapat duduk bersila
di tempat yang telah disediakan. Umat kemudian secara sendiri atau bersama-sama
dengan umat yang ada dalam ruangan tersebut membaca paritta yaitu mengulang kotbah Sang Buddha. Diharapkan dengan
pengulangan kotbah Sang Buddha, umat mempunyai kesempatan untuk merenungkan isi
uraian Dhamma Sang Buddha serta berusaha melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari. Semakin lama seseorang mengenal Dhamma, semakin banyak melakukan
puja bakti, semakin banyak kotbah Sang Buddha yang diulang, maka sudah seharusnya
semakin baik pula dalam tindakan, ucapan maupun pikiran.
Contoh yang paling mudah ditemukan adalah kebiasaan umat membaca Karaniyametta
Sutta di vihara. Sutta atau kotbah Sang Buddha ini berisikan cara
memancarkan pikiran penuh cinta kasih kepada semua mahluk di setiap
waktu, ketika seseorang sedang berdiri, berjalan, berbaring, berdiam selagi
ia tidak tidur. Diharapkan, dengan sering membaca sutta tersebut seseorang akan selalu berusaha memancarkan
pikiran cinta kasih kepada lingkungannya. Ia hendaknya menjadi orang yang lebih
sabar dari sebelumnya. Disebutkan pula dalam salah satu bait sutta tersebut
bahwa jangan karena marah dan benci mengharapkan orang lain celaka.
Pengertian baris cinta kasih ini sungguh sangat mendalam dan layak
dilaksanakan. Dengan mampu melaksanakan satu baris ini saja dalam kehidupan,
maka batin seseorang akan menjadi lebih tenang dan bahagia walaupun berhadapan
dengan kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ia akan menjadi orang
yang mampu mengendalikan dirinya. Dengan demikian, setiap kali ia hadir dan
berkumpul maka ia akan selalu membawa kebahagiaan untuk lingkungannya.
Itulah makna sesungguhnya dari pengertian ‘puja bakti’ yaitu
menghormat dan melaksanakan Ajaran Sang Buddha. Sekali lagi, umat Buddha tidak
berdoa, juga tidak sembahyang. Namun, sebagai manusia biasa, adalah wajar
apabila umat Buddha mempunyai keinginan atau permintaan, misalnya ingin banyak rejeki,
ingin kaya, dan masih banyak lagi keinginan lainnya.
Sumber : http://www.samaggi-phala.or.id // oleh: Bhikkhu Uttamo
Sumber : http://www.samaggi-phala.or.id // oleh: Bhikkhu Uttamo